Apa Jadinya Ketika Peradaban Manusia Meninggalkan Al-Qur’an?

Seorang penulis barat terkemuka mengatakan barat sudah mati, karena barat telah kehilangan orientasi kehidupannya. Memang secara sains mereka maju, secara teknologi mereka maju.

Tapi mereka tidak bisa stop narkoba, tidak bisa stop free sex, dan bahkan pembantaian kemanusiaan. Jadi kalau dilihat dari standar pepatah saja belum kembali kepada Al-Qur’an (Innamal umamu akhlaqun idza dzahabat akhlakuhum dzahabu).

Suatu bangsa itu diukur peradaban dan kemajuannya dari akhlaq, jadi kalau akhlaqnya hilang maka hilang pula bangsa tersebut. Disorientasi barat digambarkan oleh barat sendiri kira-kira begini.

Orang-orang Islam yang berkiblat ke barat dalam mencari nilai-nilai keselamatan untuk hidup ini, barangkali seperti orang yang antri untuk beli karcis agar bisa naik ke kapal karam (dilihat dari sisi akhlaq tentunya dan peradaban).

Meski demikian alhamdulillah sekarang umat Islam di Amerika ada 20 juta lebih, dan next to next perkembangan Islam di Prancis & Inggris juga sangat besar. Berbeda dengan Mozambik yang dulunya 99% Islam sekarang 95% Non-Islam.

Jadi ada yang memang paradoks kelihatan, di negara-negara yang pintar pada berbondong-bondong masuk Islam sedangkan yang kurang intelektualnya malah agak berkurang.

Makanya di Indonesia ini sudah warning bahwa penurunan kita sudah mencapai 1,4% dan mungkin bisa jadi saat ini lebih dari itu, baru dari Islam yang convert to kafir itu pun belum yang dikafirkan dari dalam. Kalau plus dikafirkan dari yang dari dalam mungkin tambah banyak lagi.

Peradaban

pemikiran menyeleweng
© cacingpadangpasir.blogspot .com

Ada yang menarik, tidak ada yang menduga peradaban Persia yang seperti Amerika sekarang dan peradaban Romawi yang seperti Eropa sekarang. Adalah 2 negara adikuasa di mana ketika Islam ada, ini yang paling dominan di muka bumi.

Tapi dua-duanya runtuh, dan tidak ada yang bisa membayangkan dari sebuah negeri yang tandus di jazirah Arab itu tiba-tiba lahir sebuah peradaban baru di muka bumi ini.

Bahkan sampai 2/3 dunia hanya dalam tempo yang tidak sampai 100 tahun (tidak sampai 1 abad) hanya di zaman Umar bin Khattab saja. Kemudian menguasai 2/3 dunia.

Padahal dunia pada masa itu mungkin sama seperti sekarang kegelapannya, walaupun mereka merasa beragama. Kemudian Allah berkehendak menurunkan penyelamat manusia dari kehidupannya yang membahayakan.

Sudah urgen baru Allah kirim ke muka bumi seseorang yang harus menuntun manusia yang sudah disorientasi kehiudpannya berbondong-bondong menuju jurang kerugian. “Innal insana lafii khusr, illa alladzi na aamanuu wa’amilasholihati watawasaubil haq watawa saubissobr.

Jadi dari sudut pandang era pada masa itu, kalau dilihat dari sudut pandang surat al-‘asr ya memang Allah berkehendak untuk menyelamatkan manusia dari kebrutalan nilai-nilai yang mereka anut.

Apa yang dilakukan mereka sudah di luar nalar normal batas manusia biasa, bukan juga terjadi di tanah Arab saat itu “mereka malu mempunayai anak perempuan, tetapi sekarang yang dibunuh laki-laki dan perempuan”

Di zaman Fir’aun yang dibunuh hanya anak laki-laki, tapi sekarang yang dibunuh laki dan perempuan. Bahkan mulai dari dalam perut sudah dibunuh (atas nama ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi yang orang sudah berkiblat kesana).

Dulu di zaman Nabi Luth memang ada Gay ada Homosex, ada Lesbian, tapi sekarang lebih parah, ada yang namanya Transgender, ada Besex, dan yang lebih parahnya lagi minta disahkan lewat rancangan UUD (Undang-undang Dasar) di Indonesia ini.

Jadi manusia sudah kehilangan arah, bahkan beberapa tahun lalu di bundaran HI (Hotel Indonesia) ada demonstrasi menuntut adanya jenis kelamin ke 3 D’sub gender dan celakanya lagi ketika salah satu ustad kami mengikuti rapat pendapat di DPR mayoritas ormas Islam perempuan mendukung rancangan UUD tersebut.

Justru kami dari organisasi laki-laki yang diprotes, Anda ini karena pro apa ya “Bias Gender” mereka bahkan menjungkir balikkan tafsir-tafsir Al-Qur’an dan mengatakan bahwa tidak ada di dalam Al-Qur’an ayat yang mengatakan bahwa menikah itu harus dengan lawan jenis yang ada hanya kata azwaz atau zauz (berpasangan).

Karena manusia terlahir itu sebetulnya bebas untuk memilih dengan siapa dia berpasangan tidak ada kata laki-laki harus menikah dengan perempuan. Dan parahnya lagi ini guru besar yang berbicara, ahli tafsir Al-Qur’an katanya..!

Memang manusia kalau sudah menempatkan Al-Qur’an di belakang, maka didorongnya ke neraka, kalu sudah menempatkan Al-Qur’an di depan baru dibawanya ke surga.

Nah di zaman yang seperti ini mudah-mudahan kita termasuk dari orang-orang yang diselamatkan oleh Allah swt dengan taufiqnya dengan Al-Qur’an ini.

Sedikit Contoh

ghozul fikr
© sejarahislamarab.blogspot .com

Baik, mungkin supaya agak fluktuatif contohnya, kadang ke contoh awam kadang ke contoh intelektual juga untuk keselamatan kehidupan ini. Misalnya, tadi dikatakan bahwa orang kalau sudah lupa dengan penciptanya, orang kalau sudah dikaburkan tentang kitab sucinya maka Allah akan buat dia lupa, bahkan sampai lupa dengan kelaminnya sendiri.

Kan ada yang mengatakan begini, saya ini sebetulnya feminim yang terperagkap dalam tubuh maskulin “begitu kira” jungkir balik tidak pemikiran seperti ini!!!

Kalau ada di antara kita yang menolak cara berpikir seperti itu dianggap kita yang tidak normal, jadi sudah tidak jelas siapa yang normal kalau gitu. Lalu mengapa Anda dikatakan perempuan? Hanya gara-gara stigma, stigma karena Anda punya vagina lalu disebut perempuan.

Dan Anda kenapa dikatakan laki-laki itu juga stigma budaya karena gara-gara Anda punya penis, maka sekarang boleh ganti (transgender), sudah jungkir balik pemmikirannya. Memang sih udah deket kiamat saat ini.

Coba sekarang lihat, siapa pembantai kemanusiaan tapi siapa yang kemudian dinistakan! Ini sudah akhir zaman memang.

Sahabat bertanya pada masa di mana kita dalam akhir zaman di penuhi keraguan ini, kait kita tidak tahu siapa yang benar, lalu pada saat kebingungan seperti itu kira-kira apa yang harus kami lakukan agar kami selamat dalam jalan kebenaran?

Jawabnya, lihat di mana anak panah ditujukan disitu ada kebenaran. Ini maksudnya bahwa di akhir zaman orang-orang yang berpegang kepada agama yang lurus kadang-kadang dituduh sebagai fundamentalis, radikalis, dsb.

Karena yang disebut dengan moderat biasanya harus sesuai dengan barat, padahal Allah berfirman “walantardho ankal yahudu walannasoro hatta tabi’a millatahum”.

Nggak ada Islam Indonesia, Islam Arab, Islam Inklusif dsb. Semua kata setelah islam itu mereduksi makna islam itu sendiri. Sekian terimakasih.

Leave a Comment