Situasi perekonomian Negara kita saat ini, merupakan implikasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua Negara tersebut sama-sama melakukan proteksionisme dalam mambatasi keluar masuknya produk dari pihak lawan.
Perang dagang ini terus menerus terjadi bahkan hingga saat ini, yakni ditengah wabah corona tengah menyerang Negara di seluruh belahan dunia. Pertanyaannya, apakah ada konotasi antara perang dagang Amerika serikat dan China dengan virus corona? Simak ulasan di bawah ini.
Pengertian Perang Dagang
Sebelum membahas lebih dalam mengenai perang dagang antara Amerika Serikat dan China, tentunya kita harus paham terlebih dahulu apa yang di maksud dengan perang dagang.
Dikutip dari laman Wikipedia, perang dagang adalah suatu konflik ekonomi yang terjadi pada suatu Negara dengan Negara lainnya dengan cara memberlakukan kenaikan tarif atau melakukan hambatan perdagangan.
Biasanya, Negara yang terlibat dalam perang dagang akan melakukan kebijakan proteksionisme terhadap lawannya. Hal ini dilakukan dengan maksud melindungi produsen dalam negeri, dan terkadang kebijakan ini diambil karena ada anggapan bahwa praktik yang dilakukan oleh Negara lawan tidak adil, sehingga perlu diimbangi dengan permainan kenaikan tarif.
Selain itu, menurut pandangan para ahli ekonom bahwasanya kebijakan proteksionisme sangatlah buruk bagi bertumbuhan ekonomi suatu Negara dan juga kesejahteraan rakyatnya.
Sebab, perang dagang dan kebijakan proteksionisme akan berdampak pada krisis ekonomi dan depresi besar bagi Negara yang terlibat. Sebaliknya, perdagangan luar negeri, deregulasi dan juga reduksi terhadap hambatan perdagangan justru akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Latar Belakang Terjadinya Perang Dagang AS dan China
Seletah Amerika Serikat dan China membuat kebijakan proteksionisme, kemudian kedua Negara saling mengancam satu sama lain untuk membawa masalah ini ke World Trade Organization (WTO). Dampak perang dagang serta kebijakan ekonomi dari kedua negara tersebut sangatlah berimplikasi pada situasi perekonomian dunia.
Kala itu, yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump adalah menaikkan tarif impor hingga mencapai 15% untuk kategori produk baja dan 10% untuk kategori aluminium.
Selain itu, Presiden Amerika Serikat juga berencana membatasi investasinya untuk China di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat menganggap negara China bersikap tidak adil dalam perdagangan bilateral.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintahan China membalas represifitas dari Amerika Serikat dengan cara yang sama, yakni menaikkan tarif impor terhadap produk Amerika Serikat hingga 25% dan juga akan membawa masalah ini ke WTO. Secara global, perang dagang antar dua negara tersebut dapat menjadi pemicu dalam pelemahan ekonomi dunia, dan tidak luput pada Indonesia.
Penyebab Terjadinya Perang Dagang AS dan China
Banyak yang sudah mengetahui bahwa, di tahun belakangan ini Amerika Serikat dan China tengah dilanda gelombang arus perang dagang. Berdasarkan hasil investigasi selama tujuh bulan yang dilakukan oleh Penasihat Presiden Donald Trump di bidang perdagangan, yakni Robert Lighthizer, menyampaikan bahwa praktik perdagangan China berpotensi tidak adil dan dianggap merugikan Amerika Serikat.
Amerika Serikat menuduh China telah mencuri kekayaan intelektual milik negaranya, yaitu dengan cara membobol jaringan komputer Amerika Serikat. Sehingga, Amerika Serikat mengaku telah dirugikan ratusan miliar dolar atas tindakan yang dilakukan China. Selain itu, China juga dituduh telah memaksa perusahaan Amerika Serikat untuk menyerahkan kekayaan intelektual mereka.
Mengenai hal tersebut, Amerika Serikat memiliki bukti atas tindakan China yang telah menekan perusahaan dunia internasional, yaitu dengan cara mewajibkan perusahaan dunia menciptakan kemitraan lokal agar dapat masuk ke pasar China. Selain itu, Amerika Serikat juga menemukan bukti bahwa China telah mengarahkan investasi mereka di Amerika Serikat melalui industri strategis, hingga kemudian melakukan dukungan serta serangan terhadap siber.
Dampaknya Terhadap Perekonomian Dunia
Perang dagang antara Amerika dan China tentu memiliki dampak yang mungkin pasti akan terjadi, yakni menurunnya pertumbuhan perekonomian global. Penurunan ini tentu akan sejalan dengan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China.
Langkah-langkah dan keputusan yang diambil Presiden Donald Trump, yakni dengan menaikkan tarif impor suatu saat bisa menjadi bumerang bagi Amerika Serikat sendiri.
Menurut para pakar ekonomi internasional, memprediksikan akan terjadi empat konflik menuju perang dagang, Diantaranya adalah sebagai berikut:
Amerika Serikat mengambil langkah menaikkan tarif impor yang cukup tinggi.
Negara lain di luar Amerika Serikat akan melakukan hal yang serupa, yakni bereaksi terhadap impor produk Amerika Serikat ke negaranya. Situasi ekonomi global pergerakannya secara perlahan menuju kondisi perang dagang pada tahap selanjutnya.
Perang dagang mengalami multipolar, dimana terjadi perang dagang yang sesungguhnya yang melibatkan banyak Negara dan memengaruhi pertumbuhan perekonomian global.
Selanjutnya, yang sangat mungkin akan terjadi adalah volume perdagangan dunia akan melemah dan hal ini tentu akan berpengaruh kepada semua negara.
Tak hanya itu, perang dagang juga akan berdampak pada menurunnya rantai pasokan global. Sehingga, banyak perusahaan harus memeperhitungkan kembali jalur produksinya, distribusinya, serta jumlah biaya yang akan di keluarkan.
Dampak Perang Dagang Amerika Serikat dan China Bagi Perekonomian Indonesia
Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan kebijakan proteksionisme, kemudian hal ini memicu kewaspadaan terhadap perekonomian dunia. Menyikapi situasi ini, Indonesia dengan tegas menyatakan telah siap membalas jika suatu saat Presiden Donald Trump menerapkan kebijakan proteksionisme kepada produk Indonesia, sebagaimana yang terjadi pada China.
Indonesia memberikan ketegasan bahwasanya jika minyak sawit Indonesia dihalangi masuk ke Amerika, maka Indonesia akan mengurangi impor hasil pertanian dibidang lain, seperti kedelai, jagung, beras dan lain sebagainya.
Selama dengan China, neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami defisit. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2017 neraca perdagangan Indonesia dengan China masih cenderung defisit.
Neraca perdagangan Indonesia di sektor nonmigas sebesar 13,89 miliar US Dolar, hal ini dikarenakan ekspor Indonesia ke China senilai 21,32 miliar US Dolar lebih kecil jika dibanding jumlah impornya, yakni sebesar 35,51 miliar US Dolar.
Namun, masih banyak pihak yang menilai tidak selamanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China selalu berdampak negatif, sebab sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia ditunjang oleh faktor dalam negeri.
Cara Indonesia Mengatasi atau Menyikapi Perang Dagang Tersebut
Sekalipun Amerika Serikat tengah melaksanakan kebijakan proteksionisme, namun Amerika Serikat memberikan kelonggaran kebijakan tarif untuk Negara beraliansi bersamanya. Untuk posisi Indonesia sendiri, harus tetap waspada karena tidak termasuk dalam negara yang mendapat pengecualian dari Amerika Serikat.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia haruslah memberikan perhatian lebih terhadap nasib produksi lokal, agar mampu mendongkrak perekonomian nasional dan tidak gagap dalam menghadapi perang dagang yang terjadi saat ini.
Sebab, meningkatkan dan memperkuat industri dalam negeri adalah sebuah keharusan, karena ini sangat penting untuk Indonesia agar tidak hanya menjadi target pasar oleh Negara kapitalis.
Langkah lain yang harus diambil oleh Negara Indonesia adalah memperkuat Diplomasi ekonomi. Diplomasi tersebut tidak hanya dalam kegiatan ekspor-impor saja, tetapi juga dari diplomasi ekonomi yang lainnya.
Untuk itu, dibutuhkan diplomat ekonomi yang dapat memberikan keuntungan perekonomian Indonesia, seperti menyelenggarakan pertemuan oleh kedutaan besar Indonesia sebagai upaya diplomasi ekonomi, dengan maksud meningkatkan perdagangan bilateral dengan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga sangat membutuhkan diplomasi ekonomi yang komprehensif agar bisa survive dalam menyikapi situasi global.
Situasi Terkini Perang Dagang Amerika Serikat dan China Serta Konotasinya Dengan Virus Corona
Semua perang adalah dimaksudkan untuk menggerakkan menuju ekonomi baru yang sesuai kreasi para ekonom. Adapun yang sedang terjadi saat ini adalah pandemi virus corona yang menyebar ke seluruh dunia tanpa memandang batas Negara atau pulau.
Kasus corona ini sangat berdampak pada ekonomi yang stagnan. Artinya, bisa saja Amerika Serikat dan China sama-sama sepakat untuk shut down dan memulai nilai baru.
Hal ini menunjukan bahwa, para ekonom kapitalis telah gagal sepenuhnya dalam menjalankan misinya. Jika perang adalah jalan keluar yang selalu diambil oleh para kapitalis untuk keluar dari krisis, maka virus corona ini bisa jadi hanya berdasarkan hasil kesepakatan bersama, yang pada dasarnya jauh lebih menyeramkan sifat propaganda para elit di atasnya.
Terbukti, hanya butuh waktu yang sangat singkat membuat seluruh Negara di belahan dunia mengunci diri dalam perangkap shut down atau istilah lain yang sering digunakan adalah lock down. Tentu, dengan sangat cepat pula perekonomian dunia serta mobilisasi manusia mengalami kemandegan. Karena manusia diharuskan masuk rumah agar selamat dari ancaman kepunahan.
Kemudian, yang sebenarnya ingin dicapai adalah terjadinya ekonomi yang shut down. Kasus corona bisa saja hanya sebuah kreasi para ekonom bersama para ahli propaganda dan menghasil aktifitas baru, yakni “perang melawan virus”. Faktanya seluruh bank dan lembaga keuangan diminta untuk berhenti melakukan transaksi. Artinya, ini sudah sangan dekat menuju shut down.
Dalam menghadapi virus ini, China telah mengerahkan tenaga medisnya dalam perang melawan kuman, serta mengirimkan tenaga medisnya beserta standart opersionalnya ke Negara krisis. Sebaliknya, Amerika Serikat justru merasa kebingungan. Sebab, sudah mulai nampak bahwa China yang memenangkan peperangan, sehingga para jurnalis asal China yang berada ada di Amerika Serikat diusir.
Semua penduduk di muka bumi ini menyaksikan bahwa China sanggup melawan virus corona ini. Mengenai benar tidaknya keberadaan virus corona ini hanya China yang tahu. Bahkan, mengenai corana adalah sebuah kuman hasil kekeliruan praktik uji laboraorium atau sekedar virus yang muncul secara alamiah atau sebuah drama kolosal hanya Mereka yang tahu.