Banyuwangi adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian ujung timur Provinsi Jawa Timur berdeketanan dengan Pulau Bali yang berbatasan langsung dengan 2 pelabuhan yaitu Ketapang dan Gilimanuk.
Lebaran tahun 2016 merupakan momen paling seru bagiku begitu berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya, bersama keluarga kami berangkat menuju Banyuwangi dengan tujuan silaturrahiim ke rumah mertua kakak saya.
Kami berangkat pada pukul 09:00 perjalanan dari rumah menuju Kabupaten Banyuwangi biasanya memakan waktu sekitar 3 jam kebetulan kami berangkat pada hari jum’at jadi perjalanan lebih lama karena di tengah perjalanan berkumandang suara adzan yang mewajibkan kami berhenti sejenak tuk menunaikan ibadah sholat jum’at.
Sholat jum’at selesai kamipun langsung melanjutkan perjalanan dengan laju santai sambil melihat kanan kiri untuk mencari restaurant yang pas, soalnya dari pagi belum pada sarapan tak jauh dari masjid terlihat warung Padang tak lama berpikir kami langsung berhenti dan memesan makanan.
Dari dulu memang hobi banget sama masakan Padang dengan ciri khas kuah rendang yang membuat lidah selalu ingin bergoyang karena kelezatannya, selain itu masakannya pedas sampai-sampai keluarga kami matanya merah gara-gara makan sambal khas padang berwarna hijau.
Setelah melakukan transaksi pembayaran kami melanjutkan perjalanan jaraknya sudah cukup dekat kira-kira 1 jam dari tempat makan tadi, saya tertidur pas bangun ternyata sudah sampai di depan rumah kakak.
Barang bawaan saya keluarin semua di bantu dengan adik ponakan suara-suara kebahagiaan muncul dari sanak saudara yang lama tak jumpa. Baru saja duduk kami disuruh makan lagi untuk menghormati tuan rumah makanan yang ada kami santap walau hanya sedikit.
Selesai makan kakak saya ngajakin maen kerumah mertuanya berangkatlah bersama keluarga jaraknya cukup dekat sekitar 2 KM dari rumah kakak saya, sesampainya di tempat seperti biasa saling berjabat tangan bertukar senyuman satu sama lain.
Yang tua-tua pada ngobrol di dalam rumah sedangkan yang muda duduk di luar sambil menikmati tahu goreng, setiap silaturrahim kesana selalu ada tahu hal itu tidak heran karena disana terdapat pabrik tahu milik pribadi.
Tak terasa 1 jam telah berlalu saking asyiknya menikmati tahu karena sudah cukup lama kamipun pamitan untuk menuju tempat saudara berikutnya, yang satu ini rumahnya cukup jauh di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi sangat dekat dengan laut.
Rencana kami akan bermalam di tempat itu, perjalanan dari rumah kakak menuju rumah saudara yang dekat dengan pantai cukup menantang khas jalan pantai dengan seribu batu yang besar-besar dan tajam sebenarnya jaraknya dekat gara-gara jalannya begitu, jadi terasa sangat lama.
Sampai rumah sekitar jam 17:00 Istirahat sebentar sembari menghilangkan pusing akibat jalanan tadi setelah kondisi sudah mulai tenang saya dan keluarga langsung melaksanakan sholat ashar secara berjamaah.
Beberapa menit setelah sholat ashar terdengar suara adzan maghrib mungkin gara-gara ashar terlalu sore, kemudian tuan rumah mengajak kami ke musholla terdekat untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah dan dilanjut dengan jama’ qosor karena kami masih dalam perjalanan.
Setelah isya waktu makan malam datang, tuan rumah begitu banyak menyiapkan makanan sehingga membuat kami sungkan bahkan dia berkata kalau kurang besok pagi motong ayam lagi kebetulan hewan peliharaan pas banget lagi banyak.
Hari semakin gelap saya ditemani 3 kakak tidur di teras depan rumah suara ombak terdengar semakin malam semakin jelas di temani angin pantai yang begitu menyegarkan paru-paru, sudah jam 00:00 tetapi mata belum bisa merem alias ga ngantuk.
Saya tertidur sekitar pukul 01:00 dan terbangun pukul 03:00 karena kedinginan saya masuk ke dalam rumah pindah tempat tidur, bangun lagi subuh selesai sholat subuh saya disuruh menangkap salah satu ayam untuk di panggang.
Jam 06:00 makanan pun sudah tersaji dengan ayam panggang hasil tangkapan tadi pagi, setelah perut pada kenyang saya melanjutkan aktifitas mencuci mobil dan cek kelistrikan selesai itu kami mengantri untuk giliran mandi karena cuma 1 kamar mandinya sedangkan orangnya ada 15.
Waktu mandi telah selesai kamipun berpamitan atas segala bentuk pelayan dan jamuan yang telah disediakan, perjalan selanjutnya yaitu kembali kerumah kakak ternyata saudara yang tadi dia mau nganterin dengan rute yang lebih dekat dan jalan bagus.
Sesampainya dirumah kakak kami mampir sebentar sembari memasukkan barang ke dalam mobil untuk persiapan pulang.
Perjalanan pulang membutuhkan waktu yang lebih sebentar dari pada waktu ketika berangkat entah mengapa semua perjalanan terasa seperti itu, menurut salah seorang peneliti sih karena kita sudah melalui dan mengenal jalanan sehingga terasa sebentar.
Saya kira sudah paten pulang kerumah ternyata masih tersisa satu tujuan yaitu kerumah saudara yang ada di daerah Kalisat Kabupaten Jember, saudara yang satu ini hubungannya sangat dekat dengan Orangtua kami dalam silsilah keluarga saya memanggil dengan sebutan Bibi.
Bibi saya yang satu ini paling jarang bertemu dengan saya mungkin sudah sekitar 10 tahun tidak bertemu, tahun kemarin saya silaturrahim kerumahnya eh dia malah bingung dan bertanya ini siapa lalu saya jawab anaknya ini anaknya itu dan seterusnya.
Hingga pada saatnya ia ngeh bahwa saya adalah keponakannya suasana menjadi ramai seketika ternyata bibi saya sangat pangling maklum lah dulu waktu sering ketemu kan masih bocah sedangkan sekarang udah dewasa jadi gitu.
Malah awalnya dikira mau melamar anaknya kebetulan si bibi mempunyai 1 perawan selain itu dikampung tersebut nikah muda sudah menjadi hal yang tidak aneh, karena sebagian besar penduduknya berbahasa Madura.
Setelah mengetahui kalo itu saya kemudian si bibi pun mempersilahkan saya dan keluarga untuk duduk di sofa berbincang-bincang bertukar cerita, beberapa menit setelah duduk kami semua dipersilahkan untuk ke dapur karena makanan sudah menunggu.
Kami sekeluarga bergegas ke dapur “ wah pas banget nih kebetulan dalam posisi lapar “ ucap di dalam hati saya, bibi saya merupakan orang Jawa yang tinggal di daerah Madura seperti yang kita kenal adab orang Madura memang patut di acungi 2 jempol kanan kiri.
Hal itu memang sudah terbukti, orang Madura memperlakukan tamu yang datang kerumahnya bisa dibilang begitu wow sebisa mungkin memberi jamuan terbaik kalo dirumah lagi krisis dibelain tuh ngutang sana sini untuk membeli jamuan.
Acara makan-makan pun selesai sebagian dari kakak kami menuju warung seperti biasa kalo abis makan ga ngerokok asem katanya, memang beberapa keluarga kami ada yang merokok tetapi tidak untuk saya.
Sebagai tamu kita pasti tidak enak rasanya kalau cuma hanya makan, karena itu ibu saya membantu tuan rumah untuk mencuci piring.
Mencuci piring selesai dilanjut beres-beres yang lain sesudah itu kami pamitan untuk pulang kerumah, perjalanan pulang kali tidak akan mampir-mampir lagi tujuannya hanya 1 yaitu kembali kerumah asal.
Setelah menempuh perjalanan 2 hari 2 malam badan rasanya pingin rontok dan ke esokan harinya saya pergi ke tukang urut untuk memulihkan badan yang pegel.
Baca Juga: Perjalananku Ke Gunung Cikuray