Gunung merbabu termasuk gunung api tipe Strato yang letaknya berada di 3 wilayah kabupaten yaitu: Di lereng sebelah barat ada Kab. Magelang, lereng timur dan selatan ada Kab. Boyolali, lereng utara Kab. Semarang, Jawa Tengah.
Gunung Merbabu
Gunung merbabu sangat terkenal dengan naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pamarihan. Di lerengnya pernag ada tempat bersemedi terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik di abad ke 15.
Secara etimologi merbabu asalnya dari gabungan kata “meru” yang artinya (gunung) dan “abu” yang artinya (abu). Nama ini baru ada pada catatan-catatan Belanda.
Merbabu pernah meletus di tahun 1560 dan 1797, kemudian dilaporkan juga pada tahun 1570, namun belum ada konfirmasi dan penelitian lebih lanjut.
Gunung merbabu mempunyai puncak tertinggi yaitu 3.145 Mdp, di gunung ini juga terdapat kawasan hutan dipterokap bukit, atas, hutan montane, dan hutan ericaceous atau hutan gunung.
Jalur Pendakian Gunung Merbabu
Terdapat 5 jalur pendakian di sini yang nanti akan kita ulas tuntas pada penjelasan di bawah. Seperti yang kita ketahui bahwa Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung paling populer sebagai ajang kegiatan pendakian.
Hal ini disebabkan karena medannya sangat mudah dilalui, meski mudah namun ada yang perlu diperhatikan bahwa udara di sini sangat dingin, berkabut tebal, hutan lebat homogen, dan tidak ada sumber air.
Selain menghormati lingkungan alam, kamu juga mesti menghormati tradisi warga setempat.
Jalur Kopeng Thekelan
Dari Jakarta kamu bisa naik kereta api atau bis ke Semarang, Yogyakarta, atau Solo. Dilanjutkan dengan bis jurusan Solo – Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bis kecil ke Kopeng. Dari Yogyakarta naik bis ke Magelang, dilanjutkan dengan bis kecil ke Kopeng.
Dari kopeng ada banyak jalan menuju ke Puncak, tapi lebih bagus lewat Desa Tekelan karena di sana terdapat pos yang bisa memberikan kabar dan banyak bantuan yang dibutuhkan. Pos Tekelan bisa dicapai lewat bumi perkemahan Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo kamu bisa beristirahat sambil menunggu malam tiba, sebab pendakian akan lebih bagus lagi ketika malam hari tiba di puncak jamin sang surya terbit. Kamu juga bisa beristirahat di Pos Tekelan yang menyediakan daerah untuk tidur, terutama buat kamu yang nggak bawa tenda. Bisa juga berkemah di pos pending ini, karena di sini kita bisa mendapatkan air bersih.
Masyarakat di sekitar Merbabu rata-rata beragama Budha, sehingga kamu akan menemui beberapa Vihara di sekitar Kopeng. Penduduk kerap kali melakukan meditasi atau bertapa dan banyak daerah-daerah menuju puncak yang dikeramatkan.
Pantangan bagi pendaki untuk tidak membuang air di Watu Gubug dan sekitar Kawah. Juga, para pendaki tak diperkenankan memakai baju warna merah dan hijau.
Pada tahun baru Jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Pada bulan Sapar, penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional.
Anak-anak perempuan di Desa Tekelan dibolehkan berambut gimbal dengan tujuan melindungi diri dan selamat. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di tengah perkampungan penduduk, diawali dengan lewat kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita bisa menyaksikan panorama yang amat menawan ke arah Gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending pendaki bisa menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil orang biasa menyebut (Kali Sowo) Sebelum menempuh Pos I pendaki akan melalui Pereng Putih dan mesti hati-hati karena jalannya sangat curam.
Kemudian pendaki akan melewati sungai kering, dari sini panorama benar-benar menawan ke bawah memperhatikan kota Salatiga terutama ketika malam hari.
Dari Pos I kita akan melalui hutan menuju Pos II, menuju Pos III trek mulai terbuka dan jalan mulai menanjak terjal. Pendaki gunung suksesi Pertapan, terjangan angin yang dahulunya terasa, apalagi berada di daerah terbuka.
Pendaki bisa berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang bisa diisi hingga 5 orang. Konon katanya ini adalah pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Jika terdapat badai sebaiknya perjalanan dihentikan karena berbahaya. Mendekati pos IV pendaki memulai daki Gunung Watu tulis jalanan agak terjal dan banyak pasir atau kerikil kecil buat licin, angin pesat membawa debu dan pasir.
Pos IV yang ada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian menempuh 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya ada sebuah Radio Pemancar.
Menuju Pos V jalan menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang menawan. Pendaki bisa turun menuju kawah condrodimuko. Dan di sini banyak mata air, jika ingin minum bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan tanjakan yang benar-benar curam dan lembah di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian pendaki akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak lagu Kenteng Songo, pendaki bisa melihat Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap tiap waktu, terlihat dekat. Ke arah barat terlihat Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang terlihat benar-benar terang dan cantik.
Lebih dekat lagi menonjol Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur terlihat Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini treknya sungguh-sungguh membahayakan, kecuali sempit cuma berjarak 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan lembah bebatuan tanpa pohon, juga angin betul-betul cepat siap mendukung pendaki tiap saat. Di puncak ini ada batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 berdasarkan penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu melalui trek menuju Selo menjadi pilihan yang menarik. Pendaki akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang amat menawan. Di sepanjang jalan pendaki bisa menyaksikan Gunung Merapi yang menonjol sungguh dekat dengan puncak yang senantiasa mengeluarkan Asap.
Kemudian pendaki akan menuruni beberapa gunung kecil yang dilapisi rumput hijau tanpa pohon-pohon untuk berlindung dari terjangan angin. Disepanjang trek tak ada mata air dan pos peristirahatan. Kabut dan badai kerap datang tiba-tiba, jadi memang cukup membahayakan untuk mendirikan tenda.
Jalur Selo ini memang banyak dan tak ada rambu penunjuk jalan, sehingga banyak perjalanan yang sering kali dilewati penduduk untuk mencari rumput di puncak gunung, sehingga pendaki akan sampai di rumah warga sekitar.
Dari Selo bisa dilanjutkan dengan bis kecil jurusan Boyolali-Magelang, jika berharap ke Yogyakarta tinggal ambil jurusan Magelang, dan jikalau ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Kopeng Cunthel
Jalur ini bisa kamu tempuh dari Kota Salatiga naik transportasi mini bus jurusan Salatiga – Magelang dan turun di area wisata Kopeng. Tepatnya di bumi perkemahan Umbul Songo.
Perjalanan akan diawali dengan menyusuri jalan setapak berbatu sekitar 2,5 km, sebelah kiri ada Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah melewatinya di sebelah kiri terdapat hutan pinus kemudian sekitar 500 m sebelah kiri terdapat jalan setapak yang merupakan jalur menuju Desa Thekelan.
Untuk sampai ke Desa Cunthel kamu harus berjalan hingga ujung, di basecamp ini para pendaki juga bisa istirahat, mengisi air, dan belanja oleh-oleh sebagai kenangan.
Lanjut perjalanan melewati perkebunan warga, jalurnya pun sudah mulai naik perbukitan pinus, pada musim kemarau pakailah masker dan kacamata agar terhindar dari debu.
Berjalan selama 30 menit kamu akan menjumpai pos bayangan I, lanjut 30 menit terdapat bayangan II. Dari pos I sampai pemancar jalurnya mulai terbuka, terlihat pada sisi kanan kiri rumput alang-alang serta pohon pinus yang jaraknya agak jauh.
Pos pemancar atau biasa disebut Gn. Watu Tulis ini berada di ketinggian 2.896 mdpl, di ketinggian ini kamu juga bisa melihat pemandangan gunung sekitar yang indah akan tetapi mendaki di siang hari akan terasa sangat panas.
Jalur selanjutnya yaitu menuju Pos Helipad, di sini kamu akan mendapatkan pemandangan berupa gunung kukusan, kawah, dan mata air. Harus hati-hati ketika hendak mengambil air karena mirip belerang.
Dilanjtkan melewati tanjakan tajam serta jurang di sisi kanan kiri, biasa orang menyebutnya dengan jembatan setan. Kemudian akan berjumpa dengan persimpangan ke kiri menuju Puncak Syarif (Gn. Pregodalem) dan kanan menjuju puncak Kenteng Songo yang memanjang.
Jalur Wekas
Bagi orang Magelang jalur ini merupakan jalur paling diminati, karena selain jaraknya yang dekat juga terdapat banyak mata air. Wekas adalah desa terakhir diperkirakan butuh waktu 6 – 7 jam untuk sampai puncak.
Wekas termasuk jalur pendek sebab itulah jarang sekali terdapat dataran, pos I cukup lebar dengan dasar bebatuan. Sepanjang perjalanan kamu akan menemui ladang penduduk berupa bawang, wortel, kubis, dan tembakau.
Selain tanaman, di sana kamu juga akan menjumpai banyak ternak kelinci yang kotorannya difungsikan sebagai pupuk.
Rute menuju pos I treknya menanjak membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai tempat. di poas ini masih banyak warung da rumah warga, selepas pos I perjalanan masih harus melewati ladang penduduk yang kemudian masuk ke hutan pinus.
Waktu tempuh ke pos II 2 jam (kalo nggak berhenti), pos ini berupa dataran terbuka yang bisa didirikan banyak tenda, ketika hari libur tempat ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah.
Dari pos II ada jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai, ada dua buah sungai yang alirannya terjam membentuk tingkatan-tingkatan, sehingga menjadi pemandangan luar biasa dengan background puncak gunung merbabu.
Setelah pos II jalur mulai terbuka sampai bertemu persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (watu tulis) jalur Kopeng. Dari sini menuju poas helipad cuma butuh waktu 15 menit.
Perjalanan dilalui dengan tanjakan terjal berjurang di sampingnya, dinamakan jembatan setan. Kemudian kamu akan sampai persimpangan menuju masing puncak.
Jalur Suwanting
Jalur ini sempat dibuka pada tahun 1990 & 1998 akan tetapi setelah itu ditutup untuk aktivitas pendakian dan kembali dibuka pada tahun 2015.
Lokasinya terletak di Dusun Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan, Sawangan, Kabupaten Magelang. Jaraknya kurang lebih 5 km dari gardu pandang Ketep Pass. Apabila kamu dari Jogja, membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai tempat.
Jalur Suwanting ini terkenal dengan view indah sabana. Terdapat 3 pos yaitu: Pos Lembah Lempong, Selter Bendera, dan Ndampo Awang. Kamu bisa mendirikan tenda di pos 2 & 3 sebab di sini tempatnya luas.
Jika memilih jalur ini tidak perlu dikhawatirkan air, sebab sepanjang perjalanan terdapat 3 mata air yang bisa dijadikan minum. Pos air ada di bawah lembah cemoro, mending, dan bawah pos 3.
Setelah pos 3 kamu akan disajikan dengan pemandangan sabana yang hijau, namun pemandangan indah hanya bisa ditemui ketika musim penghujan saja.
Jalur Selo
Selo adalah jalur teramai dibandingkan lainnya, mengawali pendakian kamu akan disambut oleh tugu gapura Taman Nasional Gunung Merbabu. Memasuki pintu hutan akan disambut oleh pepohonan pinus yang hawanya seger banget.
Trek-nya cukup landai hingga 15 menit kira-kira, setelah 1 sampai 1,5 jam sampailah pos I (Dok Malang). Di pos ini trek-nya belum terlalu terjal, baru setelah 20 perjalanan akan sampai pos II (Pandean).
Selanjutnya jarak antara pos II & III tidak jauh, hanya 45 menitan, dan akan sampai di pos III (Watu Tulis). Menju pos IV (Sabana 1)akan disajikan dengan trek yang lumayan menantang.
Sabana 1 adalah salah satu tempat menarik untuk berkemah karena tempatnya yang datar juga pemandangan indah, akan tetapi anginnya cukup kencang.
Dari Sabana 1 menuju Sabana 2 atau pos V membutuhkan waktu 45 menit saja, trek berupa tanjakan yang tidak terlalu sulit, lalu sampailah pos V, di sinilah tempat yang cocok mendirikan tenda.
Jika kamu ingin mendapatkan sunrise, bangunlah jam 3 pagi agar kamu tidak kelabakan dan terlambat karena dibutuhkan waktu sekitar 1 – 1,5 jam. Oh ya terakhir siapkan air yang banyak ya, sebab di jalur ini kamu tidak akan menemukan sumber mata air.
Artikel lainnya: