Dalam ilmu ekonomi terdapat bermacam-macam aspek yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek tersebut terkumpul dalam sepuluh prinsip ekonomi yang akan kita bahas dibawah ini.
Sepuluh prinsip tersebut, kami jelaskan untuk memberikan gambaran dengan sangat gamblang seperti apa ilmu ekonomi itu. Materi ini sangat cocok dipelajari terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu ekonomi lebih dalam lagi.
1. Setiap Orang Menghadapi Masalah Tradeoff
Perlu dicatat “Tidak ada yang gratis di dunia ini (There’s no such think as free lunch)”. Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, terkadang kita meninggalkan atau mengorbankan hal lain untuk mendapatkan sesuatu tersebut.
Pengambilan keputusan tersebut menyebabkan tradeoff (pertukaran kepentingan), yakni mengikhlaskan hal yang satu untuk mendapatkan hal yang lainnya.
Dalam suatu tatanan masyarakat, seseorang pasti akan menghadapi masalah yang dinamakan tradeoff. Contoh sederhana tradeoff adalah antara “pisau dan minyak goreng”.
Apabila negara terlalu banyak membelanjakan uangnya untuk pertahanan (pisau) dengan tujuan untuk menguatkan pertahanan di wilayah perbatasan dari gempuran negara luar, maka akan semakin sedikit pula uang yang digunakan untuk pembelanjaan konsumsi (minyak goreng) guna meningkatkan kesejahteraan warga negaranya.
Pemahaman tentang tradeoff tersebut, bukan serta merta mengharuskan kita memutuskan sesuatu hal yang seharusnya diambil. Semisal contoh, seorang pelajar atau mahasiswa tidak harus meninggalkan pelajaran sosiologi hanya untuk memperbanyak waktunya dalam mendalami ilmu tentang manajemen. Namun demikian, memahami tentang tradeoff dianggap sangat penting karena seseorang akan mampu mengambil keputusan dengan baik jika memahami pilihan-pilihan yang tersedia.
2. Biaya Adalah Apa yang Harus Dikorbankan Untuk Memperoleh Sesuatu
Karena dalam mengambil keputusan kita harus mempertimbangkan tradeoff, mau tidak mau kita juga harus membandingkan biaya dan manfaat atas keputusan yang kita ambil. Namun dalam kenyataannya, biaya dan manfaat yang kita ambil tidak selalu terlihat nampak dengan jelas sejak awal.
Sebagai contoh, ketika lulus SMA bayangan kita pasti akan memilih untuk melanjutkan kuliah atau tidak. Jika kita memutuskan untuk kuliah, tentu kita akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman yang banyak dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan mapan.
Akan tetapi, berapa biaya yang harus kita keluarkan? Untuk menjawab, kita harus menghitung semua biaya yang kita keluarkan selama kuliah. Namun seluruh pengeluaran selama kuliah tersebut tidak benar-benar mencerminkan semua yang dikorbankan selama kuliah dalam satu tahun.
Sebenarnya, sekalipun kita tidak kuliah ada biaya yang tetap kita keluarkan, seperti biaya makan, tempat tinggal, jalan-jalan, beli paketan, uang transportasi dan lain-lain. Selain itu ada biaya lain yang lebih besar ketimbang uang, yaitu waktu.
Waktu adalah biaya terbesar yang kita keluarkan, seperti waktu selama setahun kuliah, membaca buku, dan mengerjakan tugas, maka waktu untuk menempuh pendidikan tersebut membuat kita akan kehilangan waktu untuk bekerja.
Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan biaya kesempatan (oportunity cost) dari mengorbankan sesuatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Disaat kita memutuskan untuk kuliah atau tidak, kita juga harus mempertimbangkan biaya kesempatan yang akan kita peroleh.
3. Orang yang Rasional Berpikir Dengan Konsep Marginal
Dalam banyak kasus, kita seringkali membuat keputusan dengan mempertimbangkan margin. Seperti contoh, sebuah perusahaan penerbangan yang menerbangkan pesawat dengan jumlah 400 kursi membutuhkan biaya 100 juta rupiah.
Artinya biaya rata-rata per kursi dari 400 kursi adalah 250 ribu rupiah untuk satu orang. Kita mungkin berpikir bahwa perusahaan tidak boleh menjual tiket dibawah 250 ribu rupiah. Namun kenyataannya, perusahaan penerbangan dapat menaikkan keuntungannya jika berpikir dengan menggunakan margin.
Jika suatu ketika dalam penerbangan terdapat 20 kursi kosong dan terdapat beberapa orang penumpang menunggu di pintu dengan berani membayar 200 ribu rupiah perkursi.
Kemudian haruskah tiket dijual dengan harga tersebut? Jawabannya tentu harus. Meskipun tiap kursi seharusnya dijual dengan harga 250 ribu rupiah, biaya marginalnya hanya biaya makanan dan minuman ringan yang akan dihabiskan oleh penumpang tersebut.
Selama penumpang membeli tiket di atas marginal dari biaya marginal, tentu akan tetap menguntungkan jika tiket tetap dijual kepada penumpang tersebut, sekalipun harganya turun.
4. Orang Memberikan Reaksi Terhadap Insentif
Karena dalam memutuskan sesuatu kita harus mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang akan kita peroleh, tentu perilaku kita akan berubah jika biaya dan keuntungan yang kita kita peroleh juga berubah. Artinya orang yang seperti itulah yang menanggapi akan adanya intensif.
Ketika harga buah durian naik, maka kita akan memilih memperbanyak makan buah mangga dan mengurangi makan buah durian, karena biaya membeli buah durian lebih tinggi.
Di waktu yang bersamaan, petani durian akan merekrut banyak pekerja untuk memanen buah duriannya, karena keuntungan penjualan durian naik. Hingga kemudian, petani durian akan memahami bagaimana perilaku pembeli dan penjual di pasar durian, karena ini akan sangat penting dalam memahami bagaimana ekonomi bekerja.
5. Perdagangan Menguntungkan Semua Pihak
Dulu kita pernah mendengar berita tentang Jepang yang merupakan pesaing berat Amerika dalam tatanan ekonomi dunia. Perusahaan Jepang dan Amerika memproduksi barang yang sama, Ford dan Toyota sama-sama bersaing untuk merebutkan konsumen agar membeli mobil produksinya.
Namun demikian, kita seringkali terjebak dalam menganalisa istilah bersaing antar negara. Sebab dalam kenyataannya, persaingan perdagangan antar negara justru menguntungkan antar negara masing-masing.
Untuk memahami hal ini, coba kita analogikan perdagangan ini dalam konteks keluarga.
Jika salah satu anggota keluarga bersaing mencari pekerjaan, maka anggota keluarga lainnya juga akan bersaing mencari pekerjaan. Pun dalam berbelanja, keluarga satu bersaing dengan keluarga lainnya dalam mencari barang yang murah dan berkualitas.
Jadi, setiap keluarga bersaing dengan keluarga yang lain dalam hal ekonomi. Sedangkan persaingan tersebut sama sekali tidak membuat rugi salah satu keluarga, tetapi justru malah membuat semua pihak untung.
6. Pasar Biasanya Adalah Tempat Terbaik Untuk Mengatur Kegiatan Ekonomi
Dewasa ini, banyak negara yang dulunya menggunakan sistem perencanaan terpusat kini telah merubah sistem tersebut dan mencoba membangun perekonomiannya untuk diserahkan kepada mekanisme pasar.
Dalam sebuah perekonomian pasar (market economy), keputusan perencana di pusat diganti dengan keputusan yang sepenuhnya diserahkan kepada rumah tangga dan perusahaan.
Dengan begitu, perusahaan bisa menentukan dengan bebas siapa saja yang berhak direkrut sebagai pekerja dan produk apa saja yang akan dijualnya. Di sisi lain, rumah tangga juga bebas memilih di perusahaan mana ia akan bekerja dan apa yang akan dibelinya dari penghasilan yang ia peroleh.
Dengan begitu, perusahaan dan rumah tangga akan saling berinteraksi di pasar, dan seluruh harga dan keinginan pribadi mengarah kepada keputusan masing-masing.
7. Pemerintah Terkadang Mampu Memperbaiki Hasil Akhir Mekanisme Pasar
Meskipun segala sesuatunya sudah diserahkan kepada mekanisme pasar, tetapi mengapa kita masih membutuhkan pemerintah? Jawabannya, karena pasar bekerja jika hak milik perseorangan dihormati.
Semisal contoh, petani tidak akan menanam jagung jika hasil panen mereka masih dicuri orang lain, atau sebuah warung makan tidak akan melayani pelanggannya yang mau makan jika tidak yakin akan dibayar oleh konsumennya.
Oleh sebab itu, kita yakin dan bergantung kepada hakim serta aparat kepolisian untuk melindungi hak-hak kita terutama barang yang kita produksi.
Alasan lain kita membutuhkan pemerintah adalah karena campur tangan pemerintah diharapkan mampu mendukung efisiensi dan melaksanakan pemerataan ekonomi. Artinya, pemerintah diharapkan mampu memperbesar kue ekonomi dan membagikannya secara merata.
8. Bagaimana Perekonomian Secara Utuh Bekerja
Di masing-masing negara perubahan standar hidup sangatlah bermacam-macam, dan perubahan tersebut relatif cukup pesat. Selain itu, di setiap negara juga memiliki perbedaan yang cukup besar dalam standar hidupnya. Sebab, perbedaan standar hidup terutama dikarenakan perbedaan produktivitas, yaitu jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh pekerja perusahaan.
Untuk negara yang pekerjanya mampu memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang besar tentu akan mendapatkan standar hidup yang tinggi.
Hubungan antara standar hidup dan produktivitas sangat sederhana namun luas cakupannya. Produktivitas merupakan unsur yang paling penting dari standar hidup, sedangkan penjelasan lain dianggap kurang penting sifatnya. Hubungan antara produktivitas dan standar hidup juga memiliki dampak yang luas terhadap kebijakan publik.
Dalam meningkatkan standar hidup, pemerintah harus meningkatkan produktivitas dengan menjamin para pekerjanya dalam memeroleh pendidikan yang baik, memiliki alat produksi yang bagus, dan memiliki kemudahan akses terhadap teknologi.
9. Harga-harga Naik Ketika Pemerintah Mencetak Uang Terlalu Banyak
Dalam banyak kejadian, inflasi yang tinggi secara terus menerus berakar pada kasus yang sama, yakni disebabkan jumlah peredaran uang yang tidak terkendalikan. Apabila pemerintah mencetak uang secara berlebihan maka berdampak nilai mata uang akan menurun.
Seperti yang terjadi di Jerman, pada tahun 1920 disaat harga-harga naik tiga kali lipat dalam setiap bulan, bebarengan dengan jumlah mata uang yang beredar naik tiga kali lipat tiap bulannya.
Pun yang terjadi di Amerika, sekalipun tidak separah dengan yang terjadi di Jerman, dalam sejarahnya Amerika memiliki kenangan ekonomi yang sama. Dimana terjadi inflasi yang sangat tinggi pada tahun 1970 terkait dengan pertumbuhan yang cepat dari jumlah uang yang beredar.
Sedangkan pada tahun 1990 mengalami inflasi yang cukup rendah bebarengan dengan lambatnya jumlah mata uang yang beredar.
10. Masyarakat Menghadapi Masalah Tradeoff Antara Inflasi dan Pengangguran
Ketika pemerintah menambah jumlah mata uang yang beredar dalam aktivitas perekonomian, akibatnya adalah terjadinya Inflasi. Namun di lain sisi, jumlah pengangguran dalam jangka pendek akan menurun.
Adapun kurva yang menggambarkan tradeoff jangka pendek yaitu antara inflasi dan pengangguran disebut dengan kurva phillips (Phillips curve) yang diambil dari seorang ekonom yang pertama kali mengkaji tentang hubungan tersebut.
Tradeoff antara inflasi dan pengangguran hanyalah untuk sementara saja, namun baru akan berakhir setelah beberapa tahun kemudian.
Dengan demikian, kurva phillips dianggap penting dalam memahami berbagai perkembangan perekonomian. Secara khusus, kurva phillip juga penting untuk memahami siklus bisnis (business cycle), yakni naik turunnya aktivitas ekonomi secara tidak beraturan, yang diukur dengan cara seberapa banyak orang yang bekerja dan seberapa banyak produk dan jasa yang dihasilkan.